RSS

Penantian setia

Pada pagi yang cerah, ada 2 anak yang sedang berjalan menuju sekolah, namanya Andin dan Fino. Tampaknya mereka sangat akrab, karena mereka ada hubungan persaudaraan antara ayah Andin dengan Ayah Fino. Mereka di pertemukan pada waktu mereka masih kecil. Tapi sayangnya. Kelas Andin lebih tua daripada kelas Fino, yaitu Andin kelas 10 SMA dan Fino kelas 9 SMP. Padahal, umur Andin lebih mudah 1 tahun daripada umur Fino. Setiap pagi, Andin minta pergi ke sekolah bareng dengan Fino karena jalannya searah. Jadi, setiap pagi, Fino selalu menjemput Andin.
 Pada waktu tengah semester, Andin sibuk dengan pelajarannnya yang begitu sulit bagi dia, wajar saja karena memang sekolah menengah atas itu lebih sulit. Pada malam harinya. Fino mengajak Andin untuk pergi ke acara pesta ulantahun temannya Fino. Saat Fino ke rumahnya Andin, ia lihat Andin sedang belajar. Lalu ia bertanya
“ehm…..”
“Oh Fino……..tumben lo ke rumah gue malam-malam?? Pasti ada maunya”
“ya pastilah, ngapain coba aku ke rumahnya seorang Cewek yang cerewet?? Kalau bukan untuk ngajak pergi ke pesta ulantahun”
“apa kamu bilang??cerewet??”
“ya………….”
“maunya sih, aku ingin ikut. Berubung kamu bilang kalau aku cerewet. Ya……. Nggak jadi”
“ah……kamu tuh ndin, masak gitu ajah marah??”
“ya iyalah………”
“yaudah jangan mrah (sambil memeluk Andin)”
“Fino??”
Awalnya sih, Andin sudah suka sama Fino dari 2 tahun yang lalu. Tapi ia pendam erat-erat, karena ia tahu kalau cintanya adalah cinta terlarang. Tak mungkin ia mencintai saudaranya sendiri. Saat Andin di peluk oleh Fino, ia terlihat begitu nyaman.
“apa?? Sudah nggak marah??”
“Ah, sudah……..(lalu tiba-tiba Fino melepaskan pelukannya)”
“gitu dunk (tiba-tiba Andin memeluk Fino lagi)”
“Fino”
“ih Andin, (begitu Andin langsung melepaskan pelukannya)”
“Andin?? Kenapa kamu menangis??(sambil mengusap air matanya Andin)”
“ah nggak, tadi kelilipan ajah….”
“yaudah ganti baju sana, yang cantik ya….ku tunggu di ruang tamu Ndin”
“yaudah kamu keluar”
“oke”
Begitu Fino menunggu Andin, mungkin sudah ½ jam baru Andin muncul.
“Andin?? Wah ternyata amu cantik juga ya??”
“Fino?? Ya jelaslah, seorang Andin gitu??”
“loh tuh kalau di puji malah minta di puji, rendah diri dikit kek”
“alah………yuk kita pergi”
“go!
Telah mencapai 1 semester, Fino dan orang tuanya ke rumahnya Andin. Dengan sangat hormat mereka sambut kedatangan keluarganya Fino. Di ruang tamu suara terdengan sangat ramai sekali. Andin berbicara dengan Fino, begitu juga Ayah Andin dengan Ayah Fino dan juga Ibu Andin dan Ibu Fino. Tiba-tiba Ayah fino berkata “mas, setelah fino lulus, ia minta untuk mondok. Jadi besok fino berangkat ke pondok”. Begitu Andin mendengar ucapan sang ayah fino, ia tersentak.
“Fino, kamu benar mau mondok??”
“kata siapa??”
“tadi ayah kamu bilang”
“ia Ndin, makanya aku habisin waktu aku untuk teman yang paling deket sama aku (sambil mencubit pipi Andin)”
“kenapa kamu nggak ke sekolahan ku ajah, khan lebih asik. Bias pulang barng, bias berangkat bareng. Bahkan bias main bareng.”
“kayak anak kecil ajah, hehe. Andin saying, dari dulu, aku ingiiiiiiiiin banget mondok.”
“tapi kan kamu bias mondok setelah aliyah nanti”
“aku mau sekarang”
“huh………”
“jangan sedih Ndin, meskipun aku besok mondok, aku nggak akan lupain kamu”
“makasih fin(memeluk fino)”
“sama-sama Ndin”
Setelah itu, keluarga Fino pamit untuk pulang. Andin pun ke kamarnya. Ia menangis. Ia tak sanggup fino meninggalkannya. Lalu Andin menelfon Fino
“Fino, kamu ke pondoknya kapan??”
“hari kamis besok Ndin, kenapa??”
“jam berapa??”
“mungkin jam 07.00 pagi”
“besok hari selasa, kurang 2 hari lagi”
“memangnya kenapa Ndin??”
“rahasia dunk”
“hmm rahasia”
“Fin, (sambil menangis)”
“Andin, kamu menangis??kenapa ndin??”
“Fino jangan pergi, aku masih ingin bersama kamu”
“hahahahahaha Andin, baru kali ini kamu menangisi aku”
“jangan pergi”
“kalau kamu ingin bersama aku, kita ketemuan sekarang di tempat biasa”
“ok”
Andin bergegas keluar rumah menuju tempat biasa. Sesampai di sana, terlihat Fino Nampak ceria.
“Hai Ndin”
“Hai Fino (memeluk Fino)”
“Andin (Andin, sebenarnya aku nggak rela kalau aku ningglin kamu. Sebenarnya aku saying sama kamu, cinta sama kamu, tapi cinta ku terlarang. Tak seharusnya aku mencintai kamu. Saudara sepupuku sendiri. Lebih baik aku pergi dari kamu, aku ingin menyendiri, agar cinta ini hilang) jangan menangis, aku tahu kamu berat”
“Fino, aku tak tahu harus bagaimana jika kamu tak ada disamping aku”
“Andin, aku juga tak tahu harus bagaimana jika kamu tak ada di samping ku”
“trus???”
“batinku ingin mencari sebuah pengetahuan di pondok”
“ku harap kamu jaga diri ya”
“aku akan jaga diri, tapi kamu juga harus jaga diri ya. Jangan pernah lupakan aku. Masa lalu kita”
“sip”
“tersenyum donk”
“hehe (sambil memeluk Fino)”
1 hari telah berlalu, malam itu Andin tidak bias tidur, ia kepikiran sama Fino. Akankah ia sanggup di tinggal sang pujaan hatinya?? Mungkin sektar 1 jam, akhirnya ia bias tidur. Keesokan harinya, tepat pukul 06.45 Andin baru siap-siap untuk kerumahnya Fino, karena ia baru saja membantu ibunya memasak. Sesampai di rumahnya Fino, Andin melihat Fino akan menaiki mobil. Lalu. Andin memanggilnya
“Finooooooooooo”
Seakan Fino menoleh ke arah Andin, begitu melihatnya. Fino tersenyum, lalu Andin mendekati Fino dengan berlari
“Finooooooooo(sambil memeluk Fino erat-erat)”
“Andin, kamu apa-apa’an sih, menangis segala. Seperti anak kecil saja…..hehe(ia mencoba tak menangis)”
“Fino jangan pergi, a…aku tak bias hidup tanpa kamu”
Saat Andin ucapkan kata-kata, Fino tersentak, ia kaget
“maksud kamu??”
“a…..a…ah, aku tidak bias mengatakannya(melepaskan pelukannya)”
“kenapa??”
“A….a….aku….”
Saat itu, Fino pun mengerti bagaimana perasaan Andin selama ini, ia gembira.
“Aku juga saying sama kamu Ndin, aku cinta sama kamu, t……tapi cinta kita terlarang, karena kita saudara”
“Fino, kamu beneran cinta sama aku??”
“he’em Ndin, kamu cinta sama aku juga kan??”
“ia……..tapi bagaimana dengan cinta ini, kita nggak boleh saling mencintai”
“Aku akan ke pondok sekarang, aku akan belajar ke pak kiyai tentang masalah kita. Jika hukumnya boleh, maka aku akan pulang. Kembali kepadamu, dan meneruskan cinta kita yang tulus. Akankah kau bias mnungguku sampai kapanpun?? sampai aku memperoleh solusi dari masalah kita?? (sambil meyakinkan Andin)”
“aku akan menunggumu sampai kapanpun. Asalkan kamu bias menjaga cinta kamu ke aku”
“Aku akan menjaga cinta ku ke kamu. Terima kasih saying……”
“hehe”
“aku berangkat dulu, Assalamualaikum”
“Waalaikumussalam”
Begitu Andin pun merelakannya dengan hati lega sambil melihat Fino pergi. Ia berkata “aku akan menantimu saying.sampai kapanpun, walau waktu telah memakan umurku”



TAMAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Di rancang oleh Siti Mahmudah, M.Sc. Diberdayakan oleh Blogger.